Resensi Novel The Escapist
Judul : The Escapist
Pengarang : Nabila Anasty F.
Tahun terbit : 2015
Tahun cetak : 2015
Kota terbit : Bandung
Nama penerbit : Dar! Mizan
Ketebalan buku : 172 halaman
No edisi buku (ISBN) : 978-602-242-715-5
Ukuran buku(P/L/T) :14 cm / 20 cm / 0 cm
Harga : Rp 39.000
The Escapist merupakan buku kedua karya Nabila Anasty Fahzarina. Saat menulis buku ini, Nabila masih duduk dibangku SMA kelas XI. Ia bersekolah di SMAN 24 Bandung dan memiliki hoby menulis, membaca, serta mendengarkan musik. Sejauh ini Nabila telah menerbitkan 7 buku yang diterbitkan oleh penerbit Mizan Pustaka.
Cerita ini bermula pada kisah keluarga Avery, sang tokoh utama. Diceritakan ia tinggal bersama dengan kedua orangtuanya serta kakak laki-lakinya. Ayahnya adalah seorang Mafioso yang sangat kejam dengan nama mafia Black Jack yang menjadi buronan polisi selama bertahun-tahun dan harus tinggal di kota dengan identitas palsu.
Sedangkan ibunya tidak diketahui apa pekerjaannya, dalam kisah ini ibu Avery diceritakan sebagai seseorang yang suka bertindak aneh dan sangat menyukai hal-hal mistis, bahkan Avery pun menganggap ibunya sendiri sebagai penyihir. Hal ini didukung dari salah satu adegan dimana Avery melihat bahwa ibunya mampu melayangkan sofa hanya dengan jari telunjuknya saja.
Selanjutnya Lukas, ia kakak laki-laki Avery. Tidak ada yang spesial dari Lukas selain menjadi kakak yang baik bagi Avery. Ah, Kecuali fakta bahwa Lukas pernah kerasukan roh manusia serigala dan nyaris membunuh Avery. Usut punya usut Lukas kerasukan roh serigala diakibatkan oleh lukisan monokrom bergambar serigala bernuansa mistis yang dibeli oleh ibu Avery dari tukang loak dua minggu lalu.
Tragedi bermula saat komunitas bahasa Pierce School mengadakan Ghost Theater festival, yaitu festival teater bertema hantu dan kematian yang diikuti seisi sekolah. Sebagai wali kelas 3 Biologi Mr. Johny berusaha menyatukan kelas yang awalnya terbagi menjadi dua kubu. Yang pertama, kubu Avery. Anggotanya adalah Avery sang tokoh utama. Selanjutnya ada Clarice Lotus, percaya atau tidak ia adalah seekor hantu dari abad ke-19 yang menyamar menjadi murid di sekolah Avery. Kemudian ada Mike Hollow, cowok tampan, kaya raya, berkacamata, dan sedikit pendiam. Berikutnya, Agatha Truth. Cewek ini sangat aneh, poninya panjang menutupi setengah wajahnya, irit bicara, dan terkesan misterius.
Yang kedua adalah kubu Violetta. Anggotanya antara lain Violetta Perplex, Davine Pitfall, Roger Fever, serta Harry Cocker. Mereka adalah lawan. Dan bisa dibilang kubu Violetta lebih ganas dibanding kubu Avery. Sekedar info Pierce School hanya menerima 50 murid tiap angkatannya. Sekolah ini bebas dari tugas dan setiap siswa mendapat satu kelas dengan satu pelajaran utama, selanjutnya siswa bebas memilih masuk ke kelas pelajaran apa pun. Dan dikelas 3 Biologi hanya dihuni oleh delapan siswa saja.
Singkat cerita, kedua kubu pun akhirnya bersatu dan mereka bersama-sama menyiapkan drama teater untuk Ghost Theater Festival yang akan datang.dimana Mike akan bertanggung jawab sebagai penanggung jawab, dan Avery sebagai penulis naskah. Drama teater kelas 3 Biologi berjudul The Escapist. Artinya, orang-orang yang berusaha lari dari kenyataan. Menceritakan Harry dan Violetta sebagai ‘musafir’ yang singgah disebuah hotel milik Davine pada malam hari. Nantinya akan ada Clarice sebagai hantu White Lady yang akan menakut-nakuti Harry dan Violetta. Namun pada akhirnya Harry dan Violetta meninggal karena kesalahan yang mereka buat sendiri.
Dalam proses menghadapi Ghost Theater Festival kejadian-kejadian ganjil datang silih berganti. Dimulai dari Avery yang mendapat bingkisan tanpa nama pengirim berisi pisau berlumuran darah. Agatha yang mendapat bingkisan boneka voodoo. Davine yang tersengat Kalajengking saat pelajaran Biologi. Rumah Roger yang terbakar habis. Agatha yang tiba-tiba tewas. Harry dan Violetta yang menghilang tanpa kabar. Ujung benang kusut rentetan kejadian ini mengarah pada satu orang, Mr. Johny. Guru terbaik sekaligus yang paling mengerikan yang ternyata dalang dibalik semua tragedi. Cerita dalam novel ini ditutup dengan naskah teater The Escapis pada bab terakhirnya.
Para pecinta novel misteri pasti akan menganggap tema dari novel ini menarik. Terus terang saya memilih novel ini hanya karena ada kata “tragedi” disinopsisnya. Menurut saya, dari segi tema novel ini sudah menarik dengan mengusung tema misteri dan tambahan bumbu horror dalam ceritanya. Alur ceritanya juga tidak terlalu lambat. Gaya bahasanya mengalir, dan gampang dimengerti sehingga tidak bikin bosan. Hanya saja mungkin karena saya banyak membaca novel dengan tema misteri yang mendetail seperti karya Lexie Xu dan Sir Arthur Conan Doyle penggambaran latar dari novel ini masih kurang berkesan dan kurang detail selain itu ada beberapa adegan yang terlihat sangat dipaksakan dan tidak masuk akal.
Akhir kata, “The Escapist” adalah novel yang dalam segi tema sudah baik dan cocok untuk dibaca sebagai hiburan karena tidak terlalu berat. Tetapi dalam hal pengembangan cerita masih butuh pematangan. Ketika membaca novel ini bersiap saja dengan bagian akhirnya. Walaupun awalnya terlihat biasa saja, seiring cerita berjalan, semakin dalam ceritanya. Saya malah masih tercengan dengan endingnya yang agak bittersweet. Juga, masih ada misteri yang belum terjawab.
Karya asli Rania Hairunnisa, dan pernah diikutsertakan dalam lomba menulis resensi yang diadakan di perpustakaan MAN KOTA Palangka Raya tahun 2022.

Komentar